Berbicara tentang
stereotype, memang tidak bisa lepas dari faktor media. Banyak sekali stereotype
yang muncul atau timbul di masyarakat berawal dari pemberitaan media baik itu
media cetak atau elektronik. Seperti yang dijelaskan dalam perkuliahan pak
Steve hari kamis kemarin, banyak sekali contoh-contoh daripada pengaruh media
terhadap munculnya stereotype di masyarakat.
Secara tidak
langsung, media memang memberikan andil yang cukup besar terhadap berkembangnya
stereotype di masyarakat. Apalagi media elektronik seperti televisi yang dengan
pemberitaannya yang sering dilihat oleh masyarakat. Misalnya saja iklan-iklan
di televisi. Di Indonesia hal ini memang masih jarang dijumpai (atau mungkin
malah sering dijumpai ya, hehehe), akan tetapi di luar negeri seperti di Negara
Amerika Serikat ada cukup banyak contoh pemberitaan media televisi yang
cenderung men-stereotipkan suatu kelompok orang tertentu. Kita sudah banyak
melihat contohnya sewaktu perkuliahan pak Steve kemarin.
Memang di satu
sisi, kita tidak boleh langsung saja mempercayai apa yang diberitakan oleh
media tersebut. Karena biasanya pemberitaan media itu subjektif. Media sering
hanya mengangkat sisi atau tema yang terlihat dari luarnya saja dan sering
mereka juga kurang menggali lagi secara lebih mendalam tentang fakta atau kebenaran
tentang suatu kelompok orang tertentu di masyarakat. Inilah yang acapkali
membuat apa yang diberitakan oleh media terkesan menjadi langsung dipercayai
begitu saja oleh khalayak luas. Padahal mungkin saja informasi itu belum cukup
akurat karena baru dilihat dari satu sisi saja.
Terlepas dari itu
semua, pemberitaan dari media juga tidak selamanya membawa efek yang negatif
terhadap suatu kelompok atau grup tertentu. Malah terkadang, hal itu justru
dapat membuat mereka menjadi terkenal atau lebih dikenal oleh masyarakat (terkenal
apanya dulu ya, jeleknya atau baiknya, hehehe). Ya begitulah , dalam segala hal
yang terjadi pasti terkandung suatu hikmah atau pesan yang dapat kita jadikan
sebagai pelajaran.