Terlambat posting
seminggu lebih, hiks-hiks. Dikarenakan jadwal yang cukup padat sepekan terakhir
ini. Membuat saya jadi agak pusing. Tapi biar lebih nggak pusing, lebih baik
dikerjakan saja semampu dan sebisanya. Pada perkuliahan pak steve tanggal 9 Februari
2012 dibahas tentang etnosentrisme. Pertama kali mendengar istilah ini sedikit
agak mengernyitkan dahi. Apa sih etnosentrisme itu? Mana artikelnya pake bahasa
inggris lagi. Oke, etnosentrisme adalah suatu hasil atau akibat dari adanya
identitas suatu etnis (berdasarkan kajian setelah baca-baca di internet, Ups,
tapi koq nggak dicantumin sumbernya sih? emang ini bikin proposal skripsi,
hehehe). Oke, kita lanjutkan mengenai etnosentrisme ini.
Menurut Matsumoto (1996, dalam Ahmanto Mendatu) menyatakan
bahwa etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui
sudut pandang budaya sendiri. Berdasarkan definisi ini etnosentrisme tidak
selalu negatif sebagimana umumnya dipahami. Etnosentrisme dalam hal tertentu
juga merupakan sesuatu yang positif. Tidak seperti anggapan umum yang
mengatakan bahwa etnosentrisme merupakan sesuatu yang semata-mata buruk,
etnosentrisme juga merupakan sesuatu yang fungsional karena mendorong kelompok
dalam perjuangan mencari kekuasaan dan kekayaan. Pada saat konflik,
etnosentrisme benar-benar bermanfaat. Dengan adanya etnosentrisme, kelompok
yang terlibat konflik dengan kelompok lain akan saling dukung satu sama lain.
Salah satu contoh dari fenomena ini adalah ketika terjadi pengusiran terhadap
etnis Madura di Kalimantan, banyak etnis Madura di lain tempat mengecam
pengusiran itu dan membantu para pengungsi.
Etnosentrisme memiliki 2 tipe yang satu sama lain saling
berlawanan. Tipe pertama adalah etnosentrisme fleksibel. Seseorang yang
memiliki tipe etnosentrisme ini dapat blajar cara-cara meletakkan etnosentrisme
dan persepsi mereka secara tepat dan bereaksi terhadap realitas didasarkan pada
cara pandang budaya mereka serta menafsirkan perilaku orang lain berdasarkan
latar belakang budayanya. Tipe kedua adalah etnosentrisme infleksibel.
Etnosentrisme ini dicirikan dengan ketidakmampuan untuk keluar dari perspektif
yang dimiliki atau hanya bisa memahami sesuatu berdasarkan perspektif yang
dimiliki dan tidak mampu memahami perilaku orang lain berdasarkan latar
belakang budayanya.
Lawan dari etnosentrisme adalah etnorelativisme, yaitu
kepercayaan bahwa semua kelompok, semua budaya dan subkultur pada hakekatnya
sama (Daft, 1999 dalam Ahmanto Mendatu). Dalam etnorelativisme setiap etnik
dinilai memiliki kedudukan yang sama penting dan sama berharganya. Dalam bahasa
filsafat, orang yang mampu mencapai pengertian demikian adalah orang yang telah
mencapai tahapan sebagai manusia sejati; manusia humanis.
Etnosentrisme jelas bukan sesuatu yang harus dihilangkan
sama sekali. Ia patut dipelihara karena etnosentrisme memang fungsional. Dalam
hal ini etnosentrisme fleksibellah yang harus dikembangkan. Dengan
etnosentrisme fleksibel, kehidupan multikultur yang damai bisa berlangsung
sementara masing-masing kultur tidak kehilangan identitasnya. Dan inilah yang
sebenarnya diimpikan dan didambakan oleh banyak orang agar terciptanya
perdamaian dan kerukunan antar sesama. Walaupun terdiri dari berbagai macam
etnis dan suku bangsa, seharusnya ini tidak menghalangi untuk terciptanya
kehidupan yang saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Dalam hal ini,
kita perlu banyak belajar dari Negara Australia. Di Negara yang sangat kental
dengan aroma multikulturalisme ini, kehidupan warga negaranya yang berasal dari
banyak negara dapat berlangsung dengan damai dan minim dari pertikaian.
Meskipun terkadang juga masih ditemukan beberapa konflik, akan tetapi tidak
terlalu dominan dari segi kuantitas. Di tengah prahara dan konflik yang sedang
melanda dunia ini akankah setiap orang sadar
dan introspeksi diri bahwa jikalau mereka dapat memahami hakikat etnosentrisme
yang fleksibel niscaya kehidupan yang penuh dengan arti dan persahabatan akan
dapat tercipta. Oke, teman sampai disini dulu perjumpaan kita. Semoga saja
postingan saya ini bermanfaat.
Tepat sekali yg anda katakan kawan... selain terdapat sisi negative, etnosentrisme pun juga mempunyai sisi positive jika kita bisa menempatkannya pada keadaan yg tepat... :)
BalasHapusjosss
BalasHapus