Selamat berjumpa kembali
kawan-kawan. Setelah hampir satu minggu tak bertegur sapa, akhirnya kita bersua
lagi di “arena” blog yang khusus buat tugas mata kuliah cross cultural
understanding yang diampu oleh Pak Steve. Judul postingan di atas memang agak enggak
nyambung ya, hehehe. By the way, kemarin kuliah Pak Steve kenapa kosong ya? But,
it doesn’t matter coz kita udah ada pertemuan dengan native speaker pada hari
rabu kemarin.
Oke kawan, kali ini saya hendak
membahas sedikit mengenai pertemuan atau lebih tepatnya tanya jawab dengan
seorang native speaker. Seperti yang telah dijanjikan oleh Pak Steve minggu
sebelumnya, bahwasanya beliau akan mengundang native speaker buat sharing
dengan kita anak-anak SBI yang gokil dan cool abis(hehehe, maksudnya apa sih? )
mengenai kebudayaan tempat negaranya berasal. Nah, kali ini kita kedatangan
seorang native speaker yang berasal dari
negri kanguru yaitu Australia.
Namanya adalah Kirrily. Dia seorang cewek dan orangnya ramah dan murah senyum.
Selain Kirrily, ada juga seorang penterjemah mahasiswa dari fakultas bahasa dan
sastra bernama Deborah.
Dalam sesi tanya jawab
tersebut, banyak sekali pertanyaan yang dilontarkan oleh teman-teman baik dari
kelas SBI A maupun kelas SBI B. Pertanyaannya pun beragam coraknya. Dari seputar
tempat tinggalnya di kota Canberra
yang merupakan ibukota Australia
hingga hal-hal menarik lainnya dari negara asalnya tersebut. Sepanjang tanya
jawab itu, Pak steve pun turut serta sambil sesekali beliau juga bertanya
kepada Kirrily. Saat tanya jawab tersebut berlangsung, saya sebenarnya tidak
begitu konsen karena sesekali saya malah bercanda dengan teman-teman seperti
Wahab, Imam, juga Yudy. Tapi nggak jadi masalah karena saya masih memahami alur
pembicaraan yang terjadi meskipun tidak sepenuhnya.
Dari hasil tanya jawab
tersebut, kiranya dapat diambil kesimpulan bahwa rasa ingin tahu teman-teman
SBI untuk dapat menambah wawasan begitu besar. Ini terbukti dari antusiasme
teman-teman dalam bertanya kepada Kirrily. Pertanyaan yang mereka ajukan sangat
interaktif dan atraktif (kayak pertunjukan aja, hehe). Dan Kirrily pun menjawab
pertanyaan dengan cukup memuaskan. Program seperti ini dapat membantu mahasiswa
untuk dapat meningkatkan kemampuan berbicara bahasa inggris karena berinteraksi
langsung dengan native speaker. Meskipun sering mengalami kendala dalam hal
grammar atau tata bahasa hal ini tidak menyurutkan semangat teman-teman. Teruslah berusaha untuk
menjadi lebih baik lagi, kawan.
Baiklah sampai disini dulu,
kiranya kalau terlalu panjang teman-teman pasti “aras-arasen” membaca postingan
saya (padahal cuma alasan saja, yang asli memang males buat tulisan
panjang-panjang). Well, sampai ketemu di postingan selanjutnya.
yups...
BalasHapusbanyak hal yg kita ketahui tentang budaya disana...
juga bs dibuat ajang latihan ngomong inggris...
tp kug malu juga buat speak2...hehe
bukan cuma malu tp krn tkt slh ucap hihihi
Hapusslma ni khan bhs inggris qt pasif doan wkwkwkwk
hHAHAHHAH kita belajar kebudayaan kita. dan dia belajar kebudayaan kita. hahahha
BalasHapussalut buat postinge.