Di Indonesia sub-budaya
ini telah tersebar sampai ke beberapa
tempat. Pada umumnya anak-anak muda-lah yang menjadi anggota atau yang lebih
sering disebut anak “punk”. Mereka biasanya tergabung dalam suatu komunitas
yang sering terlihat berada di pinggir-pinggir jalan atau dekat dengan traffic
light. Hal ini dapat kita lihat contohnya di Salatiga di sekitar ruas jalan
diponegoro dekat kampus UKSW.
Saat ini, sub-kultur punk
dapat dikatakan telah mulai mengglobal bila dilihat dari perkembangannya yang
cukup pesat. Hampir di jalanan kota-kota besar di Indonesia dapat dijumpai anak-anak muda yang tergabung
dalam komunitas anak punk. Dari yang saya baca-baca di internet, anak punk
selalu diidentikkan dengan perlawanan terhadap sistem kemapanan. Yang pada
awalnya menginspirasi mereka melakukan perlawanan terhadap sistem kemapanan
tersebut adalah adanya gejolak moral dan sosial yang melingkupi pemerintahan
suatu Negara. Dimulai dari itu, mereka berinisiatif sendiri untuk membentuk
suatu komunitas yang pada akhirnya mereja jadikan sebagai lifestyle atau gaya hidup maupun ideologi.
Yang paling terlihat
jelas dari komunitas punk adalah dandanan atau cara berpakaian mereka. Dari mulai
rambut sampai aksesoris yang melekat erat di pakaian mereka, semuanya merupakan
simbol yang mempunyai arti dan makna tersendiri. Kesemuanya itu sudah menjadi ciri
khas yang hanya dimiliki atau setidaknya yang menandai identitas anak punk.
Berbicara tentang punk
tentu tidak akan melewatkan sebuah genre music yang disebut punk itu sendiri.
Jenis atau aliran music ini dipelopori oleh grup band dari amerika seperti
ramones, the vandals, ataupun dari Inggris seperti the sex pistols. Grup musik tersebut
dapat dikatakan mempunyai andi dalam berkembangnya sub-kultur punk. Lirik lagu
dalam musik punk sendiri biasanya menceritakan tentang perlawanan terhadap sistem
yang berkuasa di dalam pemerintahan suatu Negara atau protes sosial terhadap
ketidakadilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar